Dampak
pengiriman pasukan usamah ke syam terhadap kaum muslimin dan dunia arab.
- Latar belakang
Abu
bakar adalah sahabat nabi yang di baiat menjadi kholifah untuk pertama kalinya,
banyak hal-hal penting yang terjadi di masa kekhalifahannya, diantaranya adalah
diteruskannya pengiriman tentara usamah yang pernah disiapkan rasululloh
sebelum beliau meninggal dunia.
Imam
al-baihagi, ibnu asakir meriwayatkan dari abu hurairah dia berkata, “Demi dzat
yang tidak ada tuhan selain dia, andaikata abu bakar tidak menjadi kholifah,
maka alloh tidak akan disembah lagi dimuka bumi.” Dia mengulangi perkataan
tersebut dua kali hingga tiga kali. Maka ditanyakan kepadanya: apa yang engkau
maksudkan wahai abu hurairah?dia berkata, “sesungguhnya rasululloh telah
mempersiapkan tentara usamah bin zaid dalam jumlah tujuh ratus tentara ke
negeri syam. Tatkala dia sampai di daerah dzi khasyab, rasululloh di panggil
alloh menghadap ke hadirat-NYA. Orang-orang di sekita madinah serentak murtad.
Para sahabat rasul berkumpul: terjadi tarik ulur di antara mereka, apakah
meraka akan terus melanjutkan perjalanan ke wilayah romawi,seangkan orang-orang
di sekitar madinah pada murtad? Abu bakat berkata, “Demi Alloh yang tidak ada
tuhan selain dia, andaikata anjing-anjing menarik narik kaki istri-istri
rasullullah, saya tidak akan pernah menarik mundur pasukan yang telah
dipersiapkan rasululloh, dan saya tidan akan pernah akan membuka bendera yang
diikatkan rasulullah. Kemudian dia mengirim tentara usamah.[1]
Jadi,
yang meneruskan pengiriman tentara usamah adalah kholifah pertama yaitu abu
bakar as shiddiq , beliau itu tegas
dalam mengirimkan tentara usamah ke negeri syam.
Sebenarnya
dalam pengambilan keputusan itu pasti ada dampak yang akan di rasakan dari
keputusan tersebut, maka dari itu dalam makalah ini penulis akan berusaha
menjelaskan tentang “Dampak pengiriman pasukan usamah ke syam terhadap kaum
muslimin dan dunia arab”
- Pembahasan
Nabi Muhammad menjelang sakit membentuk sebuah
pasukan untuk menuju perbatasan syiria dan menyerahkan jabatan panglima pasukan
itu kepada usamah ibn zaid (wafat 53
H/ 673 M), yang dewasa itu masih berusia lebih kurang dua puluh tahun.[2]
Sebelum rasululloh wafat , beliau memerintahkan
pasukan usamah agar berjalan menuju tanah balqa yang berada di syam, persisnya
di tempat terbunuhnya zaid bin haritsah, ja’far dan ibnu rawalah. Dengan misi
agar pasukan usamah segera menaklukkan wilayah tersebut. Maka berangkatlah
pasukan usamah ke jurf dan mendirikan perkemahan disana. Diantara pasukan
tersebut terdapat umar bin khattab[3] dan ada pula yang mengatakan abu bakar
azh-shiddiq turut pula disitu, namun rasululloh mengecualukannya agar menjadi
imam shalat.[4]
Ketika rasulullah sakit mereka masih berdiam di
jurf, persis setelah rasulullah wafat maka menjadi keadaan kacau balau.[5]Wafatnya
Rasulullah saw telah menjadi musibah besar bagi para shahabat ra. Demikian
beratnya musibah itu, hingga Hudzaifah ra. menceritakan bahwa tangan belum juga
dibersihkan setelah mengebumikan Rasulullah saw., para shahabat merasakan
perubahan pada hati mereka. Shahabat Utsman ra terdiam beberapa lama tanpa
bicara. Shahabat Umar ra. tidak mampu menahan diri beliau hingga akan memenggal
siapa saja yang mengatakan Rasulullah saw. meninggal.. Begitu mendengar berita
wafatnya Rasulullah saw. Abdullah bin Zaid ra berdo’a,” Ya Allah, bila
Rasulullah saw telah wafat, apa guna mataku ini. Cabut sajalah penglihatanku.”
Wafatnya Rasulullah saw belum cukup sebagai
satu-satunya musibah. Murtadnya orang-orang Yaman, Bahrain, Hadramaut, Bani
Sulaim, ‘Amir dan Hawazin. Hampir semua kabilah di Arab murtad kecuali Quraisy
dan Tsaqif. Orang-orang munafiq mulai berani menampakkan permusuhan terhadap
mereka. Orang-orang Yahudi dan Nasrani pun mengancam. Munculnya golongan yang
menolak untuk membayar zakat. Banyaknya nabi-nabi palsu yang bermunculan. Belum
lagi ancaman dari kerajaan Persi dan Romawi.
Shahabat Ibnu Mas’ud ra. mengatakan, “sepeninggalnya
Rasulullah saw., kami berada dalam posisi yang hampir saja kami binasa.” Ummat
seolah ayam kehilangan induknya. Kambing yang dikerumuni srigala.
Diantara negeri yang tetap istiqomah di atas islam
adalah negeri tsagif di thaif, mereka tidak lari dan tidak pula murtad.
Ketika berbagai masalah besar ini terjadi, banyak
orang-orang mengusulkan kepada abu bakar as-shiddiq agar menunda keberangkatan
pasukan usamah, karena umat membutuhkan mereka untuk mengatasi masalah yang
lebih penting. Dengan alasan bahwa pasukan yang disiapkan nabi tersebut
sebelumnya di persiapkan ketika Negara islam madinah dalam kondisi aman. Umar
pun mengusulkan untuk menundanya, akan tetapi abu bakar as shiddiq dengan tegas
menolak saran tersebut. Abu bakar tetap memberangkatkan pasukan usamah karena
ini adalah perintah rasululloh. Abu bakar sampai bersumpah, “demi alloh aku
tidak akan melepas buhul yang telah diikat oleh rasulullah, walaupun burung
menyambar kita dan seluruh binatang buas di sekitar madinah menyerang kita,
bahkan sekalipun anjing-anjing mengejar kaki-kaki ummahatul mukminin aku akan tetap menjalankan misi pasukan usamah,
dan aku akan memerintahkan agar orang-orang tetap berjaga di sekitar madinah.”[6]
Sebagian kaum muslimin yang dipimpin oleh umar bin
kahttab kembali datang dan meminta kepada abu bakar agar orang yang akan
diangkat sebagai panglima pasukan itu bukan usamah, sebab usamah adalah seorang
anak muda yang masih hijau , dengan pengalaman yang masih terbatas, juga
mengingat bahwa di dalam pasukan itu terdapat sahabat-sahabat senior dan utama.[7]
Karena umar mengusulkan untuk diganti usmah menjadi
panglima , maka abu bakar naik darah padahal sebelumnya abu bakar adalah
seorang yang bijak,tenang dan sabar. Umar telah mengubah keputusan yang
rasulullah putuskan, maka abu bakar melompat dari tempatnya lalu memegang
jenggot umar seraya berkata: “celaka engkau, hai anak kahattab, patutlah kamu
menyuruh saya untuk memecatnya, padahal rasulullah saw telah mengangkatnya?.”
Tatkala Umar kembali kepada orang banyak, mereka
menanyakan bagaimana hasil pembicaraannya dengan khalifah tentang usulnya. Kata
Umar, “Setelah saya sampaikan usul kalian kepada Khalifah, beliau menolak dan
malahan saya kena marah. Saya dikatakan sok berani membatalkan keputusan
Rasulullah.
Maka, pasukan tentara muslimin berangkat di bawah
pimpinan panglima yang masih muda remaja, Usamah bin Zaid. Khalifah Abu Bakar
turut mengantarkannya berjalan kaki, sedangkan Usamah menunggang kendaraan.
Kata Usamah, “Wahai Khalifah Rasulullah! Silakan
Anda naik kendaraan. Biarlah saya turun dan berjalan kaki. “
Jawab Abu Bakar, “Demi Allah! jangan turun! Demi
Allah! saya tidak hendak naik kendaraan! Biarlah kaki saya kotor, sementara
mengantar engkau berjuang fisabilillah! Saya titipkan engkau, agama engkau,
kesetiaan engkau, dan kesudahan perjuangan engkau kepada Allah. Saya berwasiat
kepada engkau, laksanakan sebaik-baiknya segala perintah Rasulullah kepadamu!”
Kemudian dibalas oleh Usamah dengan jawaban yang
penuh makna, “Aku menitipkan kepada Allah agamamu, amanatmu juga penghujung
amalmu dan aku berwasiat kepadamu untuk melaksanakan apa yang diperintahkan
Rasulullah.”
Kemudian, Khalifah Abu Bakar lebih mendekat kepada
Usamah. Katanya, “Jika engkau setuju biarlah Umar tinggal bersama saya.
Izinkanlah dia tinggal untuk membantu saya. Usamah kemudian mengizinkannya.
Abu Bakar RA pun mengantar pasukan Usamah bin Zaid
sampai di luar Madinah dengan berjalan kaki dan Usamah bin Zaid menunggang kuda
dengan didampingi Abdurrahman bin Auf yang menunggang kuda. Abu Bakar RA
meminta izin kepada Usamah bin Zaid agar Umar bin Al-Khatthab dapat berada di
Madinah menemani Abu Bakar RA dalam menjalankan pemerintahan. Pada posisi
inilah, Abu Bakar RA memberikan sinyal kepada pasukan agar menghormati Usamah
bin Zaid sebagai panglima perang dan tidak menganggap ukuran umur dan
senioritas sebagai alasan untuk tidak mematuhi dan menghormati pemimpin.
Pada tempat pemberhentiaan dan perkemahan di jurf
itu, kholifah abu bakar memberikan
amanahnya, yakni sebuah amanat perang yang amat tercatat sekali di dalam
sejarah, berbunyi:
Ya-ayyuhan nas, berdirilah, aku akan memberikan
sepuluh amanat dan terimalah dariku:
a. jangan
khianat
b. jangan
berbuat keterlaluan
c. jangan
menganiaya, dan jangan menggantung.
d. Jangan
membunuh anak-anak, orang tua dan wanita
e. Jangan
merusak pohon-pohon tamar dan membakarnya.
f. Jangan
menebas pohon-pohonan yang sedang berbuah.
g. Jangan
menyembalih domba, sapi dan unta kecuali untuk makan.
h. Nanti
kamu akan menjumpai kelompok-kelompok masyarakat yang melakukan kebaktian dalam
rumah-rumah ibadat mereka (gereja) maka biarkanlah mereka dengan kebaktiannya
itu.
i.
Nanti kamu akan menemui kelompok
masyarakat yang akan menyumbangkan bejana-bejana penuh berisikan macam makanan,
maka setiap kali kamu mencicipinya, jangan lupa menyebut nama tuhan
(bismillah).
j.
Nanti kamu akan berhadapan dengan
kelompok-kelompok yang melakukan perlawanan dengan sengit dan mengelilingi
dirinya dengan berbagai pertahanan, maka hancurkanlah dengan kekuatan pedang
kamu. Kini
, berangkatlah dengan nama alloh.[8]
Itulah
amant abu bakar kepada seluruh tentara usamah yang akan berperang.
Ternyata keputusan abu bakar untuk mengirimkan
pasukan usamah berdampak bagus, Pengiriman pasukan Usamah ke Romawi di bumi
Syam pada saat itu merupakan langkah politik yang sangat strategis dan membawa
dampak positif bagi pemerintahan Islam, yaitu meskipun negara Islam dalam
keadaan tegang akan tetapi muncul interprestasi dipihak lawan, bahwa kekuatan
Islam cukup tangguh. Sehingga para pemberontak menjadi gentar, disamping itu
juga dapat mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat
intern.[9]
Ternyata berangkatnya pasukan Usamah membawa
kemaslahatan besar waktu itu, setiap kali mereka melewati perkampungan Arab
pasti akan menimbulkan rasa gentar mereka untuk memberontak, sehingga ada yang
berkata, “Tidak mungkin pasukan sebesar ini keluar kecuali mereka telah
memiliki pertahanan yang kuat di Madinah, setelah empat puluh hari atau tujuh
puluh hari mereka pulang dengan membawa kemenangan dan harta rampasan perang.”[10]
Ternyata pasukan usamah ini memetik kemenangan yang
sangat gemilang. Kemenangan ini telah membuat banyak orang kokoh berpegang pada
agama islam.[11]
Pasukan usamah membawa segudang harta rampasan dan
dalam keadaan selamat.[12]
- Pelajaran yang bisa diambil/ ibroh
Pelajaran
yang bisa di ambil atau ibrahnya.
i.
Abu bakar adalah pemimpin yang tegas
lagi bijaksana
ii.
Seorang pemimpin harus bersikap tegas
dalam hal yang kebenaran dan kemaslahatan orang banyak.
iii.
Jangan mudah meremehkan kemampuan
seseorang, walaupun orang itu lebih muda atau bukan senior.
iv.
Bersikap tegaslah dalam hal kebenaran
v.
Dalam memimpin tidak boleh pandang
pilih.
vi.
Seorang pemimpin harus bersikap lemah lembut
vii.
Dalam berperang ada adab-adabnya.
viii.
Pentingnya mengikuti perintah
rasulullah, terbukti dengan mengikuti jejak rasulullah pasukan usamah berhasil
memenangkan peperangan.
ix.
Patuh kepada pemimpin.
- Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah
nabi wafat, maka yang menggantikan kepemimpin umat islam adalah sahabat nabi
yaitu abu bakar as-shiddiq. Abu bakar as-shiddiq adalah kholifah pertama.
2. Di
masa kepemimpinan abu bakar, banyak hal yang dilakukan abu bakar, salah satunya
adalah melanjutkan pemberangkatan pasukan usamah yang sebelumnya telah
rasululloh perintahkan. Banyak para sahabat yang mengusulkan agar abu bakar
membatalkan pemberangkatan pasukan
usamah termasuk umar bin khattab. Namun abu bakar tetap besikukuh untuk
memberangkatkan karena itu adalah perintah rasulullah. Samapai-sampai abu bakar
bersumpah, “ Demi Alloh, dimangsa oleh buruh lebih aku senangi daripada
melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan rasulullah.”
3. Abu
bakar mengirim usamah dan meminta izin kepada umar unutk membiarkan dirinya
bersamanya serta menyuruhnya agar melarang orang-orang memotong tangan, kaki,
dan bagian tengan dalam peperangan.
4. Keputusan
abu bakar bakar sangat tepat, karena pasukan usamah ternyata berhasil
mengalahkan musuhnya dan membawa harta rampasan yang banyak.
5. Ketahuilah,
bahwasanya usamah bin zaid umurnya kurang lebih dua pulah tahun. Jadi beliau
masih muda .namun mampu menaklukkan lawan atau musuh.
Daftar
Pustaka
1.
Imam As-Suyuthi,tarikh khulafa’,
Jakarta,pustaka al-kautsar
2.
Joesoef Sou’yb, 1979, sejarah daulat
Khulafaur Rasyidin,bulan bintang,Jakarta
3.
Khlid muh. Khalid, 1985,mengenal pola
kepemimpinanumat dari karakteristik Khalifah rasululloh,
4.
Ibnu katsir, bidayah wan nihayah, darul
haq
5.
tarikh ath-thabari.
6.
Al-usairy Ahmad,2003, Sejarah Islam
Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.Akbar Media Eka Sarana.jakarta.
7.
DR Muhammad hasan bin aqil musa
asy-syarif,.2008, biografi sahabat, tabiin, tabiut tabiin, dan ulama muslim:
Jakarta, pustaka azzam
[1]
Imam As-Suyuthi,tarikh khulafa’,
Jakarta,pustaka al-kautsar. Hal 81
[2]
Joesoef Sou’yb, 1979, sejarah daulat
Khulafaur Rasyidin,bulan bintang,Jakarta, hal 31
[3]
Lihat tarikh ath-thabari, 3/224
[4]
Ibnu katsir, bidayah wan nihayah, darul
haq, Jakarta, hal 72
[5]
Ibid hal 72
[6]
Ibd hal 73
[7]
Khlid muh. Khalid, 1985,mengenal pola
kepemimpinanumat dari karakteristik Khalifah rasululloh, bandung, penerbit:
cv diponegoro, hal 84
[8]
Joesoef Sou’yb, 1979, sejarah daulat
Khulafaur Rasyidin,bulan bintang,Jakarta. Hal 39
[9]
Said bin al Qathani, 1994:166-167
[10]
http://doktermuslim.wordpress.com/category/sejarah/bidayah-wan-nihayah/
diakses tanggal 15 desember 2012
[11]Al-usairy
Ahmad,2003, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.Akbar Media Eka
Sarana.jakarta. hal 145
[12]
Muhammad hasan bin aqil musa asy-syarif,DR.2008, biografi sahabat, tabiin,
tabiut tabiin, dan ulama muslim: Jakarta, pustaka azzam. Hal 32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar