- Latar Belakang
Salafi
sesungguhnya adalah sebuah kata yang indah. Betapa tidak indah, saat kita
menyebutkan kata ini, maka saat itu juga anda akan terbang melintasi ruang
waktu menuju sebuah kurun masa terbaik yang pernah ada di muka bumi ini, sejak
diciptakan. Dialah kurun para sahabat mulia Rasululloh SAW, para tabiin dan
pengikut-pengikut meraka. Sebagai mana sabda nabi:
خير
الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم.
“Manusia yang paling baik adalah manusia yangb berada di masaku,
kemudian manusia yang datang setelah mereka dan kemudain yang datang setelah
mereka.”[1]
Rasulullah dan Para Sahabat merupakan tauladan
bagi ummat setelahnya, karena apa yang dilakukan Rasululloh adalah semata-mata
wahyu dari Alloh. Oleh karena itu kita wajib mengikuti apa yang datang dari Rasululloh.
Sebagaimana firman Alloh, Yang Artinya:
apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.[2]
Dalam
hadist juga disebutkan:
فعليكم
بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهدين عضوا عليها بالنواجذ
“hendaklah kalian
berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus
(mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham kalian.”[3]
Imam Malik
menyatakan, “Urusan umat ini tidak akan pernah baik kecuali dengan (mengikuti)
kebaikan yang pernah dijalani generasi awalnya.”[4]
Namun,
di zaman sekarang ada orang yang menngatasnamakan salafi atau yang disebut
dengan aliran salafi. Bagaimana yang terjadi dengaan selafi sekarang? Kalau
kita melihat fenomena yang terjadi sekarang maka sangat jauh sekali dengan apa
yang dicontohkan oleh Rasululloh. Mereka (salafi) gampang membidahkan,
mengkafirkan,menghancurkan kuburan, dan menghacurkan sesuatu yang mempunyai
nilai sejarah. apakah rasulullah dan para sahabatnya mengajarkan seperti itu?
Tentunya tidak. Dakwah rasulullah dengan cara yang lemah lembut. Sehingga mudah
untuk diterima oleh masyarakat luas, seandainya dakwah Rasulullah kasar kepada
orang-orang kafir maka mereka akan semakin lari dan menjauh dari dakwah Beliau.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-quran. Firman Alloh, yang artinya :
Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[5]
Aliran
salafi terus berkembang, sampai-sampai Negara Indonesia sudah mulai menyebar
dakwahnya? Bagaimana sebenarnya salafi di Indonesia itu sendiri? Oleh karena
pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang aliran salafi di
Indonesia.
- Pembahasan
- Makna Salaf.
As-salaf
(Salafus-Shalih) adalah para sahabat dan orang yang mengikuti mereka dengan
baik, juga para imam agama yang adil seperti Abu Hanifah, Malik,
Asy-Syafi’I,Ahmad, Ibnul Mubarok, Sufyan Ats-Tsauri dan Ibnu Uyainah. Sedangkan
salafi adalah orang yang mengikuti mereka sampai sekarang dari ahlu Sunnah Wal
Jamaah.[6]
Salifiah bukanlah gantian dari agama, akan tetapi salafiah adalah metode
pemahaman islam dan pengamalannya
dengan kembali kepada sejarah salafus-shalih.[7]
- Kaidah metode salafiah ada 3
1.
Mendahulukan
syara’ (nash) atas akal
Dalam
Naqdhul Mantiq hlm.309, Ibnu Taimiyah berkata, “yang masuk akal menurut kami
adalah apa yang sesuai dengan petunjuk mereka (sahabat dan tabi’in), dan yang tidak
masuk akal adalah apa yang menyalahi mereka. Tidak da jalan untuk mengetahui
petunjuk dan jalan mereka kecuali dengan mempelajari atsar (perkataan
sahabat dan tabi’in)
Rusaknya
pemikiran orang yang mendahulukan akal atas dalil syar’i. Imam Ibnu Qoyyim
berkata dalam bukunya Ighotsatu I-lahfan, II/78, “sumber dari seluruh bencana
yang ada yaitu didahulukannya akal atas sariat dan didahulukannya hawa nafsu
atas dalil syar’i.”[8]
Jalan
salafus-sahalih adalah yang menundukkan akal kepada nash -tidak sebaliknya-,
berbeda dengan jalan ahli kalam seperti muktazilah juga asy’ariyah yang
mendahulukan akal dan menakwilkan nash sesuai atau mengikuti akal.[9]
2.
Menolak takwil
teologi (At-Takwil Al-kalami)
3.
Mengutamakan
Ayat-ayat al-qur’an sebagai dalil
Dalam
kitab Al-Furqon hln. 47, ibnu taimiyah berpendapat: bahwa tidak ada satu
masalah pun dari masalah-masalah kalam dan filsafat yang dipelajari kecuali itu
semua telah dijelaskan di dalam al-Qur’an
- Sejarah Salafi Di Indonesia.
Paham
salafiyah yang masuk ke Indonesia bermacam-macam warnanya, warna yang paling
asli adalah dakwah Imam Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahulloh yang
dibawa oleh ulama-ulama di Sumatera Barat pada awal abad ke-19.inilah salafiyah
yang pertama di Indonesia, dikenal sebagai kaum padri, di jaman kolonial
berperang melawan kaum adat dan belanda.[10]
Penyebaran
aliran Wahabi ke wilayah Nusantara dibawa oleh para haji yang baru pulang
menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci. Salah satunya melalui kaum Padri
di Minangkabau yang dikembangkan tiga tokoh. ketiga tokoh yang tertarik dengan
ajaran Wahabi itu adalah Haji Miskin dari Lu(h)ak Agam, Haji Abdur Rahman dari
Piobang, bagian dari Lu(h)ak Limah Puluh Kota, dan Haji Muhammad Arief dari
Sumanik, Batusangkar.
Sekembali
dari Tanah Suci antara tahun 1803 dan 1804, Haji Miskin membawa ide bahwa
perubahan total dalam masyarakat Minangkabau yang (dalam anggapannya) tidak
sesuai dengan ajaran Alquran harus dilakukan melalui kekuatan sebagaimana
dilakukan kaum Wahabi di Arab.
Secara
prinsip, ide itu juga diamini oleh dua Haji yang lain. Sejak saat itu, gerakan
kaum Padri mulai berusaha menancapkan pengaruhnya di berbagai daerah
Minangkabau. Menurut dia, dalam upaya melakukan perubahan radikal,
gagasan-gagasan tiga Haji itu mendapat tantangan keras dari guru-guru Tarekat
Syattariyah.
Usaha
ketiga tokoh itu dan tidak dapat berjalan mulus seperti yang diharapkan. Haji
Miskin misalnya, yang berasal dari Empat Angkat, Agam, tidak mampu meyakinkan
Tuanku Nan Tuo, tokoh agama yang dulu menjadi teman seperdagangan sebelum
berangkat ke Tanah Suci mengenai pola keagamaan yang akan dikembangkan.
Karena
itu ia pergi ke Enam Kota, dan tinggal di Pandai Sikat. Di sini ia tidak begitu
berhasil melakukan pembaharuan, dan terpaksa angkat kaki menuju Kota Lawas.
Setelah mengalami beberapa kesulitan, akhirnya Haji Miskin bersama Kaum Padri
berhasil mengenalkan pembaharuan mereka.
Dengan
berlalunya waktu, para pemukanya saling berhubungan satu dengan yang lain
sehingga gerakan Padri menjadi satu komunitas yang relatif terorganisir. Kekuatan
kaum Padri mulai menemukan pijakan yang kokoh ketika pada 1811. Saat itu, Haji
Miskin sampai di Bukit Kamang dan bertemu dengan Tuanku Nan Renceh, pemuka
agama yang juga bervisi sama.
Di
sana mereka sepakat merencanakan pembaharuan masyarakat secara total. Mereka
didukung oleh enam pemuka lain yang kemudian disebut Harimau Nan Selapan
(karena jumlahnya delapan orang). Mereka adalah Tuanku di Kubu Sanang,
Tuanku di Ladang Lawas, Tuanku di Padang Luar, Tuanku di Galung, Tuanku di Koto
Ambalan, dan Tuanku di LubukAur.
Selanjutnya,
pada tahun 1813 Tuanku Lintau ikut bergabung dan menjadi penganut fanatik
ajaran-ajaran kaum Padri.
Sejatinya
jauh sebelum itu, sekitar tahun 1807, Tuanku Muda dari Alahan Panjang dan
nantinya disebut Tuanku Imam Bonjol ikut memperkuat posisi kaum Padri.
Melalui
tangan dingin para pemuka itu, kaum Padri berkembang menjadi gerakan yang
menyebar di alam Minangkabau dengan segala karakteristiknya dan nantinya
menguasai seluruh nagari di sana.
”Sejarah
mencatat, kaum Padri tidak hanya melakukan pembaharuan keislaman di daerah
Minangkabau semata. Kelompok ini juga melakukan islamisasi ke Tapanuli Selatan
yang terletak di utara alam Minangkabau dan daerah-daerah sekitarnya,” ujar
Prof Abd A’la.
Setelah
itu, paham Wahabi masih berkembang pesat di Indonesia. Pengikut manhaj dakwah
Muhammad bin Abdul Wahab sangat sangat pesat pekembangannya.
- Sekte-Sekte Salafi
secara
garis besar bahwa komunitas Salafy di Indonesia terpecah dalam dua kelompok
besar yang satu sama lain sebenarnya saling “bermusuhan”. Satu kelompok ialah
Salafy Yamani yang merupakan kelanjutan dari Laskar Jihad di masa lalu, dan
mereka merupakan jaringan para dai Salafy yang berafiliasi kepada Syaikh-Syaikh
Salafy di Yaman dan Timur Tengah. Sedangkan satu kelompok lagi ialah Salafy
Haraki, yaitu dakwah Salafiyah yang menerapkan sistem pergerakan atau
organisasi (Haraki).
Salafi
yamani dan salafi haraki mempunyai perbedaaan, salah satunya, Salafy Yamani
sangat menolak metode pergerakan (Harakiyah), sebab hal itu dianggap sebagai
bid’ah dan merupakan praktik fanatisme (hizbiyah). Sementara kalangan Salafy
Haraki membutuhkan sistem organisasi (tanzhim) untuk membina dakwah di tengah
berbagai fitnah kehidupan modern. Mereka menganggap penerapan sistem organisasi
itu sebagai bentuk ijtihad yang diperbolehkan dalam Islam. Kedua belah pihak
menempuh pendapat masing-masing dan bertahan dengan pendapat yang diyakininya.
- Media Salafi
Orang-orang
salafi juga mempunyai media dakwahnya untuk menyebarkan dakwahnya kepada
masyarakat secara luas denga membuat situs resmi mereka. Diantaranya:
1. SALAFI
Indonesia-ASSUNNAH Online, Situs SALAFY Ahlus Sunnah : http://darussalaf.or.id
2. Radio
Roja
3. www.
Atturots.co.id
D. Lembaga dakwah[11]
Islamic Centre Bin Baz
Embrio
Islamic Centre Bin Baz (ICBB) sudah ada sejak tahun 1993 berupa Ma’had
Tahfizhul Quran. Pada tahun 1996 kegiatan yang sebelumnya berlokasi di Sedan,
Sariharjo, Ngaglik, Sleman ini dipindah ke Ma’had Jamilurrahman yang beralamat
di Glondong Sawo Banguntapan Bantul, dikukuhkan dengan Surat Keputusan Depag
No: E9686 Tgl 30 Juli 1996.
Ma'had
Jamilurrahman As-Salafy
Ma’had
ini berada di Dusun Sawo, Glondong, Wirokerten, Banguntapan, Bantul. Menempati
gedung dua lantai (untuk putra) yang dibangun pertengahan tahun 1995 atas biaya
dari sumbangan sejumlah muhsinin Arab Saudi.
Rumah
Sakit At-Turots Al-Islamy
Berawal
dari keprihatinan akan umat Islam serta bangsa ini pada umumnya, juga demi
tegaknya Dakwah Salafiyah yang betul-betul menjalankan ajaran Islam itu menurut
Al-Qur’an dan Sunnah, dan tidak dicampuri aau dikotori oleh kesyirikan dan
bid’ah pada khususnya, maka Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy yang
berkedudukan di Kompleks Pondok Pesantren Islamic Centre Bin Baz (ICBB) di
Karanggayam, desa Sitimulyo, kecamatan Piyungan, kabupaten Bantul berkeinginan
berpartisiasi dan peduli kepada masyarakat untuk mendirikan sarana kesehatan
yang benar-benar menjadi rumah sakit Islam yang menjalankan syari’at Islam.
- Perbedaan Antara Salafi dengan Kelompok lain.
Pernah
saya melihat bedah buku yang berjudul ‘Mazhab As-ari, benarkah Ahlus Sunnah
Waljamaah, Bantahan terhadap salafi’. Karangan Muhammad Idrus Ramli, di dalam
acara bedah buku tersebut hadir dari pembicara salafi yaitu ustad Abu Hilal,
dalam dialognya Beliau mengatakan bahwa, “perbedaan salafi dengan kelompok lain
yaitu dalam masalah mentakwil sifat-sifat Alloh, sedangkan yang lainnya tidak
ada perbedaan. Orang salafi tidak melarang takwil, Akan tetapi dari Mazhab Imam
Bin Hambal tidak berani dalam mentakwil sifat-sifat Alloh , selain dari
sifat-sifat Alloh meraka juga mentakwil”.
- Kesimpulan
1. Salafi
adalah generasi yang terdahulu yang patut diikuti
2. Pertama
kali salafi masuk ke Indonesia pada abad ke 19, tepatnya di Sumatera Barat
3. Komunitas
Salafi besar ada 2 Yaitu Salafi Yamani dan Salafi Haraki
4. Salafi
juga mempunyai media dakwah dan lembaga dakwah
5. Tokohnya
adalah Imam Ahmad Bin Hambal, Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdirrahman Al
Thalabi, Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak Jakarta: Hujjah Press, 2006
Tim Ulin Nuha: Potret
Salafi Sejati Solo: Alqowam,2008
Said Abdul Azhim, Ibnu
Taimiyyah: Pembaruan Salafi dan Dakwah Reformasi, Terj. Faisal Saleh dan
Khoerul Amru Harahap Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2005
www.Atturost.co.id
[1] Hadits shahih menurut
Al-Albani dalam silsilah ash-shahihah, no. 699. Bisa juga dilihat Di
Shohih Bukhori No. 6429 dan Muslim. No 2533.
[2] QS. Al-hasyar :Ayat ke 7
[3] HR.tirmizdzi no. 2676, Abu
Daud no. 4607, dan Ahmad IV/26
[4]
Tim Ulin Nuha: Potret Salafi Sejati (Solo: Alqowam,2008), cet ke.3, h.
13
[5]
QS. Ali-Imran : Ayat ke 159
[6]
Said Abdul Azhim, Ibnu Taimiyyah: Pembaruan Salafi dan Dakwah Reformasi,
Terj. Faisal Saleh dan Khoerul Amru Harahap (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), cet ke.1, h. 33
[7] Ibid h. 34
[8] Tim Ulin Nuha: Potret
Salafi Sejati (Solo: Alqowam,2008), cet ke.3, h. 126
[9] Ibid h. 43
[10] Abu Abdirrahman Al
Thalabi, Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak (Jakarta: Hujjah Press, 2006),
cet ke.1, h. 10
[11]
Coba Lihat di www.Atturost.co.id