Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa
Belanda journalistiek, dalam bahasa Inggris journalistic atau
journalism, yang bersumber pada perkataan journal sebagai terjemahan
dari bahasa Latin diurnal, yang
artinya harian atau setiap hari. Jadi, jurnalistik adalah keterampilan membuat
dan mengelola berita mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan berita yang
layak disebarluaskan kepada khlayak masyarakat.[1]
Karya jurnalistik di produksi melalui pendekatan jurnalistik, diikat oleh
kaidah, standar, hukum, dank ode etik jurnalistik, karya jurnalistik
disesuaikan dengan fakta yang terjadi demi objektivitas dan kesakralan fakta.[2]
Jurnalistik dalam operasionalnya membutuhkan ketepatan dan kecepatan. Salah
factor yang mendukung ketepatan dan kecepatan itu adalah tekhnologi komunikasi
dan informasi yang mampu menghapus jarak, ruang, dan waktu.[3]
Dewasa
ini juranlistik dapat diartikan sebagai ilmu, proses, dan karya, seperti
berikut ini:[4]
Ilmu
juranalistik adalah salah satu terapan (applied science) dari ilmu
komunikasi, yang mempelajari keterampilan seseorang dalam mencari,
mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi sehingga mempunyai nilai
berita yang berkualitas dan dapat di sebarkan kepada khlayak melalui media
massa ,baik cetak maupun elektronik.
Proses
juranlistik adalah kegitan mencari,
mengumpulkan, menyeleksi, dan mengelola informasi yang mengandung berita, dan
menyebarluaskan berita tersebut kepada khalayak masyarakat melalui media massa.
Karya
jurnalistik adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung berita, dan
masalah-masalah yang sudah disebarluaskan kepada khlayak masyarakat melalui
media massa.
Ada
tiga pendekatan yang digunakan media dalam menyajikan berita.[5]
1.
Pendekatan
ekonomi politik, dalam pendekatan ini, isi media lebih ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media itu sendiri
2.
Pendekatan
organisasi. Pendekatan ini bertolak belakang dengan pendekatan ekonomi politik,
isi media diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal di luar
pengelola media.
3.
Pendekatan
kulturalis. Pendekatan ini merupakan gabungan antra pendekatan ekonomi politik dan organisasi. Proses
produksi berita dilihat sebagai mekanisme yang rumit melibatkan faktor
eksternal media, sekaligus juga faktor eksternal di luar media itu sendiri.
Dalam media massa terdapat ruang
jurnalistik yang menjadi inti kegiatan dalam proses pembuatan berita. Jurnalistik menjadi kegiatan
terpenting dalam melaksanakan sebuah pemberitaan. Mencari dan menyusun berita
kemudian menyiarkan lewat berbagai media, merupakan tugas pokok
jurnalis/reporter/wartawan.[6]
Sedangakan kata berita (news)
merupakan sajian utama di sebagian media massa di samping views (opini, pendapat). Makna jurnalistik (journalistic) bila dilihat secara harfiyah artinya kewartawanan
atau hal ikhwal pemberitaan. Berasal dari kata dasar jurnal (journal), artinya laporan atau catatan,
atau jour dalam bahasa perancis yang
berarti hari (day) atau (diary). Sedangkan dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan
harian.[7]
[1] Onong Uchjana Efendy, Dinamika
Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008), cet ke 7, h. 66
[2]Santi Ibdra Astuti, Jurnalisme
Radio Teori dan Praktek (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2008), cet ke. 1
h. 55
[3] [3] Wawan Kuswandi, Komunikasi
Massa: Analisis Intraktif Budaya Massa, (Jakarta:Rineka Cipta,2008), cet
ke.2 h.98
[4] Wahyudi, Dasar-Dasar
Jurnalistik Radio dan Televisi, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1996) h.1
[5] Muhammad Fadhillah Zein,
op.cit. h.3-5
[6] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet ke. 3, h. 1
[7] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan
dan Kepenulisan (Bandung: Batic Press, 2005), cet ke. 5, h. 1. Lihat juga
di Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori &
Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 2009), cet ke. 4, h. 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar