jumlah pengunjung

Senin, 09 Desember 2013

Karekteristik Liputan Politik Dalam Media



Secara garis besar, ruang lingkup ilmu politik yang utama adalah studi tentang kekuasaan (power).[1] Menurut Budiharjo, tidak mengherankan karena kekuasaan memang mempunyai sifat yang sangat mendasar dalam ilmu politik. Bahkan dalam satu waktu, politik terkadang hanya dianggap sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan belaka.[2] Maka tema yang umum tentang politik dalam pendekatan kekuasaan tidak jauh dengan lingkup kekuasaan  negara. Ketika membicarakan politik sebagai alat kekuasaan negara, politik dapat diartikan sebagai the art and science government (seni dan ilmu pemerintahan).[3]
Makna politik yang telah disebabkan maknanya hampir sama dengan makna politik secara bahasa. Secara bahasa politik dapat diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau segala aturan yang berkiatan dengan sistem pemerintahan dan dasar pemerintahan.[4] Makna politik tersebut sejalan dengan makna politik yang dijelaskan oleh para filosof Yunani, khusunya Aristoteles. Para filsof Yunani tersebut menjabarkan bahwa makna politik sesungguhnya adalah segala sesuatu yang bersifat dapat merealisasikan kebaikan di tengah masyarakat.[5] Sehingga bila dirangkum makna politik secara global adalah pemikiran yang secara khusus mengkaji segi kekuasaan, bagiamana sampai pada kekuasaan tersebut? Bagaimana mengaturnya? Bagaimana hubungan individu dengan kekuasaan tersebut? Karena hal tersebut juga mengkaji masalah undang-undang dasar, eksekutif, legislatif, dan yudikatif.[6]
Menurut pendapat Mas’oed dan Mac Andrews, studi tentang politik mengarah terhadap bentuk keputusan-keputusan yang telah sah dibuat kemudian dilaksanakan dalam suatu masyarakat.[7] Dari konsep ini, kemudian dapat digunakan untuk memahami kehidupan politik dengan melihat berbagai kepentingan dari berbagai lembaga dan partai politik. untuk lebih memahami makna sistem politik, dapat digunakan dengan dua pendekatan, yaitu:
1.    Memahaminya dari sudut kesatuan arti yang bulat dan tidak terpisah, yang tidak dapat ditawar lagi oleh para sarjana dengan verifikasi kemudian.
2.    Memahaminya secara analitik divergen (dan lalu konvergen) dalam arti terlebih dahulu mengusahakan kejelasan terhadap tiap kata yang membentuk kebulatan arti tadi, walaupun bila dipandang dari sudut kejernihan ilmu, kadang-kadang mengandung bahaya terdeviasi dari arti yang sebenarnya.[8]
Dalam konsep komunikasi poltik maka definisi yang umum dapat dibagi menjadi tiga definisi. Penjelasan tiga definisi tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Politik merupakan sebuah komunikasi dalam gerakan yang dilakukan oleh warga negara untuk menciptakan kebaikan bersama terutama dalam industri media (teori klasiks Aristoteles).
2.    Politik merupakan kegiatan komunikasi yang berhubungan yang mengarahkan pada kegiatan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Kekuasaan yang utama adalah mengenai aktivitas pada industri media
3.    Politik adalah aktivitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan media massa, pemerintahan, dan negara. Dalam hal ini ketiga institusi tersebut merupakan kesatuan yang saling mempengaruhi.
4.    Komunikasi politik merupakan kegiatan tentang proses merumuskan dan melaksanakan kebijakan publik. Sehingga pada umumya komunikasi politik merupakan sarana media menciptakan sebuah wacana dan kebijakan yang diarahkan untuk mendapatkan perhatian dari khalayak.[9]


[1] Makna politik dan komunikasi mempunyai kecenderungan makna yang saling berkaitan. Politik yang menjadi bagian komunikasi dapat dijabarkan sebagai siapa memperoleh apa, kapan, dan di mana; pembagian oleh yang berwenang; kekusaan dan pemegang kekuasaan. Lihat di Dan Nimmo, Komunikasi Poltik: Komunikasi, Pesan, dan Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke. 6, h. 8-9. Lihat juga di Dhurorudin Mashad, op.cit h. 26
[2] Miriam Budiharjo, Konsep Kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan, dalam Himpunanan Bacaan Wajib Pengantar Ilmu Politik, Seri Bahan Bacaan Wajib,  No. 04 (Jakarta: FISIP UI, 1985), h. 125
[3]  Sukarna, Sistem Politik (Bandung: PT Citra Adi Bakti, 1990), cet ke. iv, h. 14
[4]  Departeman Pendidikan Nasional, op.cit  h. 886
[5] Utsman Abdul Mu’iz Ruzlan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi Analisis Evaluatif Terhadap Proses Pendidikan Politik “Ikhwan” Untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1928-1954, Terj. Salafudin Abu Sayyid , Hawin Murtadho, dan Jasmin (Solo: Era Intermedia, 2000), cet ke. 1, h. 68. Lihat juga di Mary Grisez Kweit dan Robert W. Kweit, Konsep dan Metode Analisa Politik, Terj. Ratnawati (Jakarta: Penerbit Bina Aksara, 1986), h. 10-11
[6] Tijani Abd. Qadir Hamid, Pemikiran Politik Dalam Al Quran, Terj. Adul Hayyie Al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet ke. 1, h. 5
[7] Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993), cet ke. 12, h. 4
[8] Rusdi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia: Suatu Model Pengantar (Bandung: Penerbit Sinar Baru, 1988), cet ke. 5, h. 1-2
[9] Sri Utaria, “Tipologi Partai Politik Partai Islam di Indonesia Kontestan Pemilu 2004”, (Skripsi S1, Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 22-23

share on facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar