Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang
berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Analisis framing termasuk ke
dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan
tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Pertanyaan utama
dalam pandangan konstruksionis adalah, fakta berupa kenyataan itu sendiri bukan
sesuatu yang terberi, melainkan ada dalam benak kita, yang melihat fakta tersebut.
Kitalah yang memberi definisi dan menentukan fakta tersebut sebagai kenyataan[1].
Pada dasarnya analisis framing merupakan versi terbaru dari
pendekatan analisis wacana, khususnya untuk membuat analisis teks media.
Gagasan mengenai framing pertama kali dikemukakan oleh Beterson pada tahun
1955.[2] Pada awalnya, frame
dimaknai sebagai sturuktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Analisis framing
dipahami dan banyak digunakan dalam penelitian sebagai salah satu teknik
analisis isi. Tetapi pada perkembangan berikutnya, analisis framing telah
berubah menjadi seperangkat teori yang oleh sejumlah pakar komunikasi dipahami
sebagai salah satu pendekatan untuk melihat bagaimana domain di balik teks
media mengkonstruksi pesan.[3]
Menurut Erving Goffman secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan
kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan menginterpretasi secara
aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya.[4] Schemata interpretasi itu
disebut frames, yang memungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan,
mengidentifikasi dan memberi label terhadap peristiwa–peristiwa serta informasi.
Secara metodologi analisis framing memiliki perbedaan yang sangat menonjol
dengan analisis isi (content analysis).
Analisis isi dalam studi komunikasi lebih menitikberatkan pada metode
penguraian fakta secara kuantitatif dengan mengkategorisasikan isi pesan teks
media.[5]
Pan dan Kosicki mendefinisikan konsep framing sebagai strategi
konstruksi dan membuat berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam
mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dan dihubungkan dengan rutinitas dan
konversi pembentukan berita.[6] Pan dan Kosicki menyatakan
bahwa terdapat dua konsepi dari framing yang saling berkaitan.[7] Pertama, dalam
konsepsi psikologi yaitu cara seseorang memproses informasi dalam dirinya serta
cara seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditujukan dalam skema tertentu. Kedua,
konsepi sosiologis yaitu bagiamana individu menafsirkan suatu peristiwa
melalui cara pandang tertentu. Proses kerja ketika seseorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya
untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya.[8]
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi dalam empat
struktur besar, adalah sebagai berikut:
Pertama, struktur sintaksis yaitu
struktur yang berhubungan dengan bagaiamana wartawan menyusun peristiwa dalam
bentuk susunan umum berita. Dapat diamati dari bagan berita (lead, latar,
headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya).
Kedua, struktur skrip yaitu yang
berhubungan dengan bagiamana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa
ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu berhubungan
dengan bagiaman wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam
proposisi, kalimat atau hubugan antar kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan.
Keempat, struktur retoris yaitu
berhubungan dengan bagaiamana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam
berita. Struktur ini melihat bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke
dalam berita. Sturuktur ini melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata,
idiom, grafik dan gambar yang akan dipakai bukan hanya mendukung tulisan,
melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.[9]
Tabel 2.3
Skema Framing Model Pan dan Kosicki[10]
STRUKTUR
|
PERANGKAT FRAMING
|
UNIT YANG DIAMATI
|
SINTAKSIS
Cara wartawan menyusun
fakta
|
1.
Skema Berita
|
Headline, lead,
latar informasi, kutipan sumber, pernyataan dan penutup
|
SKRIP
Cara wartawan mengisahkan
fakta
|
2.
Kelengkapan Berita
|
5 W + 1 H
|
TEMATIK
Cara wartawan menulis fakta
|
3.
Detail
4.
Koherensi
5.
Bentuk Kalimat
6.
Kata Ganti
|
Paragraf, proposisi,
kalimat, hubungan antar kalimat
|
RETORIS
Cara wartawan
menekankan fakta
|
7.
Leksikon
8.
Grafis
9.
metafora
|
Kata, idiom, gambar/foto,
grafik
|
[1] Eriyanto, op.cit h. 23
[2] Alex Sobur, Analisis
Bingkai (Framing Analysis), dalam Analisis Teks Media: Suatu Pengantar
Untuk Anlisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke. 5, h. 157
[3] Alex Sobur Ibid
[4] Alex Sobur, op.cit h. 163
[5] Analisis isi
(content analysis) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengambil
kesimpulan dengan cara menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara
obyektif dan sistematis. Lihat di Eko Kurniawan, “Studi Analisis Isi
Pemberitaan Media Massa Tentang Lingkungan Hidup dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Bangka” (Tesis S2, Program Studi
Ilmu Lingkungan, Magister Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang, 2006), h. 38
[6] Eriyanto, op.cit h. 68
[7] Eriyanto, op.cit h.
252
[8] Eriyanto, op.cit h.
253
[10] Table dirumuskan dari, Alex
Sobur, Kerangka Framing Pan dan Konsicki, dalam Analisis Teks Media: Suatu
Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke. 5, h. 176
Tidak ada komentar:
Posting Komentar