jumlah pengunjung

Jumat, 21 Maret 2014

Perkembangan Media Massa



                           Perkembangan Media Massa
Everett M. Rogers dalam bukunya Communication Technology; The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu: ere tulis, era media cetak, era media telekomunikasi dan era komunikasi interaktif. Dalam era terakhir media komunikasi interaktif dikenal dengan media computer, videotext dan telext, teleconferencing, TV kabel dan sebagainya.[1]
Perkembangan dalam bidang informasi tidak dapat lepas dari peran media massa, dengan media massa masyarakat bisa mengetahui perkembangan yang ada di luar tanpa hadir langsung ditempat kejadian itu. Media Massa adalah sarana atau alat untuk  menyampaikan pesan atau informasi  yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas seperti radio, televisi, dan surat kabar.[2] Istilah media massa memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas sampai melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas.
Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini. Seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan lain-lain.[3] Media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjaungkau massa dalam jumlah besar dan luas, bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa, karekteristik media tersebut memberikan konsekuensi bagi kehidupan politik dan budaya masyarakat kontemporer dewasa ini.[4]
Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang sangat esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi disekitarnya. Perkembangan media massa sebagai sarana informasi di Indonesia, tidak lepas dari jalannya perkembangan dan perubahan zaman di segala sektor kehidupan maasyarakat. Kecenderungan misi media massa yang ditujukan untuk mendukung dan mengkritisi perubahan, menempatkan media massa pada posisi terpenting. Informasi yang diperoleh dari media massa akan mempengaruhi terhadap pola pikir seseorang, oleh karena itu harus selektif dalam memilih informasi.[5]
Media massa menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah Indonesia, pada masa pemerintahan liberal Hindia Belanda yang di pimpin oleh Gubernur Jendral Gustaaf Willem, Indonesia mengawali surat kabar pertamanya, yaitu Bataviasche Nouvelles en Politigue (Berita dan penalaran Politik Batavia) pada tahun 1744. Kemudian, media massa terus tumbuh dan berkembang dari awalnya media cetak, berkembang ke media eloktronik , baik radio maupun televisi. Hingga media digital-portal. Meskipun mengalami jatuh bangun, media massa di Indonesia terus berkembang mengikuti zamannya. Di era reformasi, sejak tergulingnya  presiden Sueharto dari jabatannya sebagai presiden , media massa menemukan kebebasan pers yang tidak diperoleh pada masa-masa sebelumnya.dengan adanya kebebasan pers, tidak kurang dari 731 Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) baru dikeluarkan oleh Departemen Penerangan sejak 5 Juni 1998 sampai 2 Maret 1999.[6]
Saat ini, banyak media-media besar di Indonesia dikendalikan oleh pengusaha konglomerat dan atau tokoh politik. Seperti, RCTI, Global TV, Harian Sindo, serta sejumlah tabloid dan media online dikusai oleh MNC Group Milik Harry Tanoesoedibjo. Detik.com, TRANS TV dan TRANS 7 dikusai oleh TRANS CROP milik Chairul Tanjung. Harian Kompas, Kompas.com dan Kompas TV dikusai oleh Gramedia Group milik Jacoeb Oetama. ANTV,TVOne dan Viva.co.id yang dikusai oleh Viva Group milik Aburizal Bakrie.Metro TV dan Media Indonesia dikusai oleh Media Group milik Surya Paloh. Sedangkan Group Jawa Pos dikusai oleh Dahlan Iskan. [7]
Dengan maraknya perkembangan tekhnologi menempatkan media massa sebagai The Third Power (kekuatan ke tiga) setelah uang dan kekuasaan itu sendiri. Dengan demikian penguasaan ekonomi dan penguasaan negara berlomba-lomba untuk mendirikan media atau membeli perusahaan media yang bangkrut atau melakukan merger agar kekuatan media bisa disatupadukan.[8]


[1] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) cet ke. 3. h. 111
[2] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Rajawali Pers,2011), cet ke.4 h. 5
[3] Morrisan, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), cet ke. 1 , h. 1
[4] Ibid
[5] Sangat tepat apa yang disampaikan oleh Jerry D. Gray dalam bukunya Dosa-dosa media Amerika yang menyebutkan bahwa masyarakat harus mencermati apapun yang sisuguhkan media massa. Publik harus mencari tahu apa yang tidak disampaikan media massa, kecerdasan untuk mengelola informasi yang disampaikan media menjadi keharusan. Lihat Muhammad Fadhillah Zein, Op cit, h. 28.
[6] Misroji , "Ekonomi Politik Media: Sebuah Pengantar Memahami Media Massa Kontemporer, dikutip dari Jurnal  El-Hikmah Vol.II/ No.9 Th.2011, h. 13-14.
[7] Muhammad Fadhillah Zein, op cit,  h.8-9.
[8] Ade Fadli Fahrul , "Konstruk konvergensi Media Dalam Bingkai Ke Islam An, dikutip dari Jurnal  El-Hikmah Vol.II/ No.9 Th.2011, h. 10

share on facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar