Perkembangan
Media Massa
Everett M. Rogers dalam bukunya Communication
Technology; The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan
komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu: ere tulis, era
media cetak, era media telekomunikasi dan era komunikasi interaktif. Dalam era
terakhir media komunikasi interaktif dikenal dengan media computer, videotext
dan telext, teleconferencing, TV kabel dan sebagainya.[1]
Perkembangan dalam bidang informasi tidak dapat
lepas dari peran media massa, dengan media massa masyarakat bisa mengetahui
perkembangan yang ada di luar tanpa hadir langsung ditempat kejadian itu. Media
Massa adalah sarana atau alat untuk menyampaikan
pesan atau informasi yang berhubungan
langsung dengan masyarakat luas seperti radio, televisi, dan surat kabar.[2]
Istilah media massa memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja
dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas sampai melibatkan siapa saja di
masyarakat, dengan skala yang sangat luas.
Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media
yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat
ini. Seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan
lain-lain.[3]
Media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjaungkau massa
dalam jumlah besar dan luas, bersifat publik dan mampu memberikan popularitas
kepada siapa saja yang muncul di media massa, karekteristik media tersebut
memberikan konsekuensi bagi kehidupan politik dan budaya masyarakat kontemporer
dewasa ini.[4]
Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang
sangat esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat
mengetahui peristiwa yang terjadi disekitarnya. Perkembangan media massa
sebagai sarana informasi di Indonesia, tidak lepas dari jalannya perkembangan
dan perubahan zaman di segala sektor kehidupan maasyarakat. Kecenderungan misi
media massa yang ditujukan untuk mendukung dan mengkritisi perubahan,
menempatkan media massa pada posisi terpenting. Informasi yang diperoleh dari
media massa akan mempengaruhi terhadap pola pikir seseorang, oleh karena itu
harus selektif dalam memilih informasi.[5]
Media massa menjadi bagian penting dari perjalanan
sejarah Indonesia, pada masa pemerintahan liberal Hindia Belanda yang di pimpin
oleh Gubernur Jendral Gustaaf Willem, Indonesia mengawali surat kabar
pertamanya, yaitu Bataviasche Nouvelles en Politigue (Berita dan
penalaran Politik Batavia) pada tahun 1744. Kemudian, media massa terus tumbuh
dan berkembang dari awalnya media cetak, berkembang ke media eloktronik , baik
radio maupun televisi. Hingga media digital-portal. Meskipun mengalami jatuh
bangun, media massa di Indonesia terus berkembang mengikuti zamannya. Di era
reformasi, sejak tergulingnya presiden
Sueharto dari jabatannya sebagai presiden , media massa menemukan kebebasan pers
yang tidak diperoleh pada masa-masa sebelumnya.dengan adanya kebebasan pers,
tidak kurang dari 731 Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) baru dikeluarkan
oleh Departemen Penerangan sejak 5 Juni 1998 sampai 2 Maret 1999.[6]
Saat ini, banyak media-media besar di Indonesia
dikendalikan oleh pengusaha konglomerat dan atau tokoh politik. Seperti, RCTI,
Global TV, Harian Sindo, serta sejumlah tabloid dan media online dikusai oleh
MNC Group Milik Harry Tanoesoedibjo. Detik.com, TRANS TV dan TRANS 7 dikusai
oleh TRANS CROP milik Chairul Tanjung. Harian Kompas, Kompas.com dan Kompas TV
dikusai oleh Gramedia Group milik Jacoeb Oetama. ANTV,TVOne dan Viva.co.id yang
dikusai oleh Viva Group milik Aburizal Bakrie.Metro TV dan Media Indonesia
dikusai oleh Media Group milik Surya Paloh. Sedangkan Group Jawa Pos dikusai
oleh Dahlan Iskan. [7]
Dengan maraknya perkembangan tekhnologi menempatkan
media massa sebagai The Third Power (kekuatan ke tiga) setelah uang dan
kekuasaan itu sendiri. Dengan demikian penguasaan ekonomi dan penguasaan negara
berlomba-lomba untuk mendirikan media atau membeli perusahaan media yang
bangkrut atau melakukan merger agar kekuatan media bisa disatupadukan.[8]
[1] Burhan Bungin, Sosiologi
Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi di Masyarakat
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) cet ke. 3. h. 111
[2] Nuruddin, Pengantar
Komunikasi Massa (Jakarta: Rajawali Pers,2011), cet ke.4 h. 5
[3] Morrisan, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010), cet ke. 1 , h. 1
[4] Ibid
[5] Sangat tepat apa yang
disampaikan oleh Jerry D. Gray dalam bukunya Dosa-dosa media Amerika
yang menyebutkan bahwa masyarakat harus mencermati apapun yang sisuguhkan media
massa. Publik harus mencari tahu apa yang tidak disampaikan media massa,
kecerdasan untuk mengelola informasi yang disampaikan media menjadi keharusan.
Lihat Muhammad Fadhillah Zein, Op cit, h. 28.
[6] Misroji , "Ekonomi
Politik Media: Sebuah Pengantar Memahami Media Massa Kontemporer, dikutip dari
Jurnal El-Hikmah Vol.II/ No.9 Th.2011,
h. 13-14.
[7] Muhammad Fadhillah Zein,
op cit, h.8-9.
[8] Ade Fadli Fahrul ,
"Konstruk konvergensi Media Dalam Bingkai Ke Islam An, dikutip dari
Jurnal El-Hikmah Vol.II/ No.9 Th.2011,
h. 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar