jumlah pengunjung

Senin, 03 Juni 2013

ULUMUL QURAN

MATERI  I
ULUMUL QUR ’AN

1.       Pengertian Ulumul Qur’an
1.1         Ulumul Qur’an adalah merupakan salah satu cabang dari ilmu Al Qur’an sebagaimana ilmu – ilmu cabang lainnya seperti ilmu tafsir, asbaabun nuzuul, an-Nasikh wal mansukh, ilmu qira’at dan sebagainya. Hanya perbedaannya, ilmu – ilmu cabang lainnya menitik beratkan kepada salah satu aspek saja (seperti Ilmu tafsir yang hanya menitik beratkan kepada penafsiran – penafsiran ayat Al Qur’an), sedangkan Ulumul Qur’an membahas tentang sebuah keadaan Al Qur’an  dan meliputi ilmu – ilmu cabang lainnya tersebut.
1.2         Kata ‘Uluum jamak dari kata ‘ilmu. ‘Ilmu berarti al-fahmu walidraak (“paham dan menguasai”). Kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
1.3         Jadi yang dimaksud dengan ‘ULUUMUL QUR’AN ialah sebuah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Qur’an dari segi asbaabun nuzuul, an-Nasikh wal mansukh, al-muhkam wal mutasyaabih, al-Makki wal Madani, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur’an.

2.       Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an
2.1         Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya.
2.2   Ulumul Qur’an pada Zaman Rosululloh
·         Belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis.
·         Para sahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul.
·         Bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW
·         Rasulullah S.A.W tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain Qur’an, karena ia khawatir Qur’an akan tercampur dengan yang lain.
·         Sebagian sahabat menulis Al Qur’an yang terbuat dari daun atau kulit yang terpisah – pisah, diantara mereka adalah Utsman bi Affan, Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit, Abu darda, Abu Musa Al Asy ‘ari.
·         Sebagian besar sahabat menghafal Qur’an tanpa menulisnya.
·         Apabila turun ayat, para sahabat menyampaikan kepada sahabat lain yang tidak mendengar dengan atau perintah Rosul. Contohnya ketika turun QS. At Taubah, Rosul menyuruh Ali untuk menyampaikan kepada jamaah haji yang ada di mekah yang dipimpin oleh Abu Bakar.


2.3       Ulumul Qur’an pada Zaman Khilafah Arba’ah  
·         Khalifah Abu Bakar  : dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit
·         Kekhalifahan Usman bin Affan Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf,. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
·         Kekhalifahan Ali bin Abi Tholib Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada  Abu 'aswad Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an

2.4     Ulumul Qur’an pada Zaman Sahabat dan Tabiin
·         Golongan Mufassir dari Sahabat : empat orang khalifah, kemudian Ibn Mas’ud, Ibn ‘Abbas, Ubai bin Ka’b, Zaid bin Sabit, Abu Musa al- Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.
·         Apa yang diriwayatkan dari Golongan Mufassir dari Sahabat tidak berarti sudah merupakan tafsir Qur’an yang sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran tentang apa yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global
·         Golongan Mufassir dari Tabi’in :
1.       Murid – murid Ibn Abbas di Mekkah : Sa’id bin jubair, Mujahid, ‘Ikrimah bekas sahaya (maula) Ibn Abbas, Tawus bin Kisan al-Yamani dan ‘Ataa’ bin Abi Rabaah.
2.       Murid – murid Ubai bin Ka’b di Madinah : Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’b al-Qurazi.
3.       Murid – murid Abdullah bin Mas’ud di Irak : ‘Alqamah bin Qais, Masruq, al-Aswad bin Yazid, ‘Amir asy-Sya’bi, Hasan al-Basri dan Qatadah bin Di’amah as-Sadusi.

2.5   Masa Pembukuan Ulumul Qur’an
·         Abad ke 2 H : Pembukuan Tafsir Al-Quran menurut riwayat dari Hadits, Sahabat & Tabi'in.
·         Diantara mereka itu, yang terkenal adalah Yazid bin Harun as-Sulami (wafat 117H), Syu’bah bin Hajjaj (wafat 160H), Waki’ bin Jarraah (wafat 197H), Sufyan bin ‘Uyainah (wafat 198), dan ‘Abdurrazzaq bin hammam (wafat 112H).
·         Mereka semua adalah para ahli hadist. Sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ke tangan kita

·         Abad ke 3 H : Pembukuan Tafsir berdasarkan susunan Ayat lengkap, bil ma’sur (berdasarkan riwayat) dan bir ra’yi (berdasarkan penalaran).
·         Dan yang paling terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at-Tabari (wafat 310H).
·         Demikianlah tafsir pada mulanya dinukilkan (dipindahkan) melalui penerimaan (dari mulut ke mulut) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian hadist; selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri.

·         Mulai munculnya Pembahasan Cabang-cabang Ulumul Quran selain Tafsir.
·         Pada abad ketiga hijri, ada :
1.       Ali bin al-Madani (wafat 234H), guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbaabun nuzuul.
2.       Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (wafat 224H), menulis tentang Nasikh-Mansukh dan Qira’aat.
3.       Ibn Qutaibah (wafat 276H), menyusun tentang problematika Qur’an / Musykilatul Qur’an.
·         Pada abad keempat hijri, ada :
1.       Muhammad bin khalaf bin Marzaban (wafat 309H), menyusun al-Haawii faa ‘Uluumil Qur’an.
2.       Abu Muhammad bin Qasim al-Anbari (wafat 351H), juga menulis tentang ilmu-ilmu Qur’an.
3.       Abu Bakar as-Sijistani (wafat 330H), menyusun Ghariibil Qur’an.
4.       Muhammad bin Ali al-Adfawi (wafat 388H), menyusun al-Istignaa’fi ‘Uluumil Qur’an.
·         Mulai pembukuan secara khusus Ulumul Quran dengan mengumpulkan cabang-cabangnya.
1.       Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang pertama yang membukukan 'Ulumul Qur'an, ilmu-ilmu Qur'an.
2.       Badruddin az-Zarkasyi ( wafat 794 H ) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al-Burhan fii ulumilQur`an .
3.       Jalaluddin As-Suyuti ( wafat 911 H ) juga kemudian menyusun sebuah kitab yang terkenal Al-Itqaan fii u`luumil qur`an.

2.6   Ulumul Qur’an pada Masa Modern
·         Melanjutkan Penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Quran secara khusus dan terpisah,
·         Melanjutkan Penyusunan atau penyatuan cabang-cabang ulumul quran dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik terdahulu.
·         Munculnya Tafsir dengan berbagai macam pendekatan sosial , realitas, bahasa dan pemikiran.




MATERI  II
AL QUR ’AN

1.       Definisi Al-Qur’an secara bahasa
1.1         Pendapat pertama mengatakan bahwa kata Al Qur’an tidak diambil dari kata lain. Ia adalah nama yang khusus dipakai untuk kitab suci yang diberikan Alloh swt kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana nama Injil dan Taurat yang dipakai khusus yang diberikan Alloh swt khusus kepada Nabi Isa as dan nabi Musa as.
1.2         Pendapat kedua mengatakan bahwa kata Al Qur’an merupakan bentukan dari kata lain. Pendapat ini terbagi menjadi dua, yaitu :
1)       Al-Qur’an berasal dari kata Qaranayang mempunyai dua pengertian :
·         Qarana bermakna Qaraa-in yang merupakan bentuk jamak dari Qarinah yang berarti indikator / petunjuk. Hal ini dikarenakan sebagian ayat – ayatnya merupakan indkator / petunjuk dari apa yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa.
·         Qarana bermakna adh dhummu (menggabungkan). Hal ini dikarenakan surat – surat dan ayat – ayat dalam Al Qur’an dihimpun dan dikumpulkan dalam satu susunan yang mengagumkan.

2)       Al-Qur’an berasal dari kata qara-a, yang mempunyai dua pengertian :
·         Qara-a bermakna membaca (talaa), karena Al Qur’an diturunkan untuk dibaca dan membacanya merupakan suatu ibadah. Ini adalah pendapat yang paling rojih.
   
kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, Yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, QS Fushshilat [41] : 3
·         Qara-a bermakna mengumpulkan (jama’a), karena ia tidak terbaca melainkan dengan mengumpulkan huruf-hurufnya di mulut dan bahwasanya ayat-ayat dan surat-suratnya dikumpulkan dan saling terkait satu sama lain dengan cara yang mengagumkan.
  17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. QS Al Qiyamah [75] : 17 - 18

1.3         Al Qur’an itu tidak hanya nama bagi keseluruhan (satu mushaf) melainkan nama bagi bagian – bagiannya bahkan satu ayat maupun sebagian dari ayat Al Qur’an bisa dikatakan sebagai Al Qur’an.
   
dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. QS Al A’rof [7] : 204

2.       Definisi Al-Qur’an secara istilah
2.1         Adapun dari segi istilahnya, Al-Qur’an adalah Kalamullah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad saw melalui perantaraan Malaikat Jibrilditurunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir dan dijadikan membacanya sebagai ibadah.
2.2         Dari definisi di atas terdapat enam bagian penting seperti penjelasan berikut ini.
1.       Kalam Allah
·         Al-Qur'an adalah kalamullah, firman Allah SWT, wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur'an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
·         Al-Qur’an adalah kalamullah, firman Allah ta’ala. Ia bukanlah kata-kata manusia. Bukan pula kata-kata jin, syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia.
   
 yang telah mengajarkan Al Quran. QS Ar Rohman [55] : 2
   
kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. QS Al Hasyr [59] : 21

dan Sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi Jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran Itulah dia) [774]. …. QS Ar Ra’d [13] : 31
[774] Dapat juga ayat ini diartikan: dan Sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan membacanya gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi Jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat bicara (namun mereka tidak juga akan beriman).

2.       Mu’jizat
·         Kemu’jizaan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semejak zaman Rasulullah saw. hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur’an dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur’an juga sudah menunjukkan mu’jizat, mencakup bidang ilmu alam, matematika, astronomi bahkan juga ‘prediksi’
  Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, QS Ar Rum [30] : 2 - 4
·         Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an itu merupakan mu’jizat adalah bahwa Al-Qur’an sejak diturunkan senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat semisal ‘Al-Qur’an tandingan’, jika mereka memiliki keraguan bahwa Al-Qur’an merupakan kalamullah.  
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Al-Baqarah [2] : 23-24
[31] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.

·         Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qur’an untuk membuat semisal Al-Qur’an, meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus.
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". Al-Isra’ [17] : 88

·         Tentang kesucian dan keunikan Al-Qur’an ini perhatikanlah kesaksian objektif Utbah bin Mughirah (Abul Walid). Dia adalah seorang sastrawan Arab yang jarang bandingannya. Suatu saat ia diperintahkan para pemimpin Quraisy untuk menghadap Nabi Muhammad saw dengan maksud membujuk beliau supaya meninggalkan dakwah Islam dengan janji bahwa beliau akan diberi pangkat, harta dan sebagainya. Utbah bin Mughirah menyampaikan bujukannya ini dan membacakan syair-syair. Tapi kemudian Nabi Muhammad saw membacakan surat Fushilat dari awal sampai akhir. Utbah bin Mughirah pun tertarik dan terpesona mendengarkan ayat itu sehingga ia termenung memikirkan keindahan gaya bahasanya. Ia kemudian datang kepada para pemimpin Quraisy dan mengatakan “Aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah. Susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah kata-kata manusia, ia tinggi dan tak ada yang dapat mengatasinya.”

3.       Diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW
·         Al-Qur’an itu diturunkan khusus ke dalam hati Nabi Muhammad saw. Sedangkan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad saw—seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa—tidak bisa dinamakan dan disebut sebagai Al-Qur’an. Demikian pula hadits qudsi tidak bisa disamakan dengan Al-Qur’an.

Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, Asy-Syu’ara: [26] : 192-194
·         Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur'an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan Al-Qur'an, maka al-Qur'an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika Al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab:  Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah Al-Qur'an.

4.       Diturunkan dengan perantaraan malaikat Jibril
·         Al-Qur’an itu diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad saw secara bertahap (tidak sekaligus) melalui perantaraan Malaikat Jibril as.
·         Nabi Muhammad saw bertalaqi langsung dari Malaikat Jibril as.
Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Asy-Syu’ara: [26] : 192-193
·         Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya dalam mempelajari Al-Qur'an kita harus belajar melalui seorang guru yang menguasai Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an tidak bisa dipelajari secara autodidak.

5.       Diriwayatkan secara mutawatir
·         Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf dan disampaikan kepada kita secara mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang), sehingga terpelihara keasliannya. Berikut sekilas sejarah pemeliharaan Al-Qur’an sejak masa Nabi hingga pembukuannya seperti sekarang.
·         Setelah Rasulullah saw. mendapatkan wahyu dari Allah swt., beliau langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya. Di antara mereka terdapat beberapa orang sahabat yang secara khusus mendapatkan tugas dari Rasulullah saw. untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qur’an ditulis di pelepah korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Di antara yang terkenal sebagai penulis Al-Qur’an adalah Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Ubai ibn Ka’b, dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para sahabat yang lain pun banyak yang menulis Al-Qur’an meskipun tidak mendapatkan instruksi secara langsung dari Rasulullah saw. Namun pada masa Rasulullah saw. ini, Al-Qur’an belum terkumpulkan dalam satu mushaf sebagaimana yang ada pada saat ini.
·         Pengumpulan Al-Qur’an pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar Al-Shidiq, atas usulan Umar bin Khatab yang khawatir akan hilangnya Al-Qur’an, karena banyak para sahabat dan qari’ yang gugur dalam Peperangan Yamamah. Tercatat dalam peperangan ini, terdapat tujuh puluh sahabat yang syahid. Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar, beliaupun mau melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit, karena Zaid merupakan orang terakhir kali membacakan Al-Qur’an di hadapan Rasulullah saw. sebelum beliau wafat.
·         Pada mulanya pun Zaid menolak, namun setelah mendapatkan penjelasan dari Abu Bakar dan Umar, Allah pun membukakan pintu hatinya. Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar, kemudian pindah ke Umar, lalu pindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar. Kemudian pada masa Utsman bin Affan ra, beliau memintanya dari tangan Hafsah.
·         Kemudian pada masa Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih pendapat mengenai bacaan (baca; qiraat) dalam Al-Qur’an. Apalagi pada masa beliau kekuasan kaum muslimin telah menyebar sedemikian luasnya. Sementara para sahabat terpencar-pencar di berbagai daerah, yang masing-masing memiliki bacaan/ qiraat yang berbeda dengan qiraat sahabat lainnya (Qiraat sab’ah). Kondisi seperti ini membuat suasana kehidupan kaum muslimin menjadi sarat dengan perselisihan, yang dikhawatirkan mengarah pada perpecahan.
·         Pada saat itulah, Hudzaifah bin al-Yaman melaporkan ke Utsman bin Affan, dan disepakati oleh para sahabat untuk menyalin mushaf Abu Bakar dengan bacaan/qiraat yang tetap pada satu huruf.
·         Utsman memerintahkan (1) Zaid bin Tsabit, (2) Abdullah bin Zubair, (3) Sa’d bin ‘Ash, (4) Abdul Rahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak mushaf. Dan jika terjadi perbedaan di antara mereka, maka hendaknya Al-Qur’an ditulis dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisylah Al-Qur’an diturunkan.
·         Setelah usai penulisan Al-Qur’an dalam beberapa mushaf, Utsman mengirimkan ke setiap daerah satu mushaf, serta beliau memerintahkan untuk membakar mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu mushaf tetap disimpan di Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf imam. Kemudian mushaf asli yang diminta dari Hafsah, dikembalikan pada beliau. Sehingga jadilah Al-Qur’an dituliskan pada masa Utsman dengan satu huruf, yang sampai pada tangan kita.
·         Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur'an. (QS 15:9)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya[793]. QS Al Hijr [15] : 9.
[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

6.       Membacanya sebagai ibadah
·         Dalam setiap huruf Al-Qur’an yang kita baca, memiliki nilai ibadah yang tiada terhingga besarnya. Dan inilah keistimewaan Al-Qur’an, yang tidak dimiliki oleh apapun yang ada di muka bumi ini. Allah berfirman,
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, 30. agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri(Fathir [35] : 29 – 30)
·         Banyak sekali hadits yang mengungkapkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah merupakan bentuk ibadah kepada Allah yang memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah :
”Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an), maka ia akan mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim sebagai satu haruf. Namun Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim juga satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
 “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi cahaya bagimu di bumi dan menjadi simpanan (deposito amal) di langit.” (HR. Ibnu Hibban).


“Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an, sementara ada kesulitan (dalam membacanya), maka baginya dua pahala. “ (HR. Bukhari & Muslim)

share on facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar